Sore itu, saya bertemu
dengan kawan lama yang sudah hampir tujuh tahun tidak berjumpa. Dulu,
kami pernah tinggal satu pondokan di daerah HR Muhammad, Surabaya.
Sebut saja ia, Andi. Waktu itu Andi bekerja sebagai tenaga serabutan
di salah satu galeri Home Decoration yang sangat
ternama di kawasan Surabaya Barat. Sebagaimana lazim dilakukan oleh
seorang kawan lama yang tidak berjumpa, sore itu pun kami gayeng
ngobrol ngalor ngidul tentang berbagai macam hal; mulai
dari kabar keluarga hingga menanyakan kabar tentang kawan-kawan
lainnya yang sudah berpencar entah kemana – melanjutkan perjalanan
hidupnya masing-masing.
Di ujung cerita, Andi
berkisah tentang nasib dirinya yang tak kunjung berubah. Selama tujuh
tahun kami tidak berjumpa, rupanya ia telah berpindah-pindah
“perusahaan” kurang lebih sebanyak sepuluh kali. Bahkan ia juga
pernah menjalani profesi sebagai office boy meski tidak
seberapa lama. Menurutnya, di mana pun ia bekerja, nasib selalu tidak
berpihak kepada dirinya; atasan selalu pilih kasih, atasan tidak
pernah memberi kesempatan kepadanya, dan celakanya, jika terjadi
kesalahan ia yang selalu dijadikan kambing hitamnya. Belum lagi teman
kerja yang tidak pernah memberikan dukungan kepadanya. “Hidup
ini susah. Mana kebutuhan hidup melambung terus, sementara gaji juga
naiknya tak seberapa,” keluhnya.
Setelah bersabar
mendengar celotehnya, saya pun berujar, “Sudahkah kamu melakukan
yang terbaik atas pekerjaanmu itu? Sudahkah kamu melakukan sesuatu
yang lebih pada pekerjaanmu itu? Pada perusahaan tempatmu bekerja?
Pada atasan maupun rekan-rekan kerjamu?”
“Bagaimana bisa memberi
yang terbaik dengan gaji cuma segitu? Bukankah harga menentukan
kualitas?” Kilahnya.
“Disitulah
persoalannya? Ketika kamu berpikir seperti itu, maka perusahaan atau
atasanmu akan menilai bahwa kamu tidak akan bisa diberi tugas dan
tanggungjawab yang lebih besar lagi. Dan akhirnya kamu tidak pernah
diberi kepercayaan untuk menjalankan proyek-proyek yang lebih besar,
karena kamu tidak pernah menunjukkan bahwa sebenarnya kamu mampu,” sedikit saya memberi masukan.
_______________
“
Albert
Einstein, “Kerja keras bukan untuk sukses, tetapi untuk sebuah
nilai”.
Saya yakin, kawan saya
itu tidak sendirian, masih banyak pekerja-pekerja lain yang
“bernasib” sama dengannya. Masih banyak pekerja-pekerja – baik
yang bekerja di sektor formal maupun informal yang berpikiran sempit
seperti itu. (Semoga saja, kita tidak termasuk di dalamnya). Mereka
tidak mau memberi nilai lebih kepada dirinya. Mereka tidak mau
bekerja “lebih” untuk profesi dan pekerjaannya. Sehingga
ujung-ujungnya, hanya keluh kesah yang dapat mereka lakukan. Sangat
mengerikan bukan?!
Padahal, ketika kita
sadar bahwa dengan bekerja lebih baik itu berarti kita telah berusaha
meningkatkan kualitas nilai diri kita. Dan seiring dengan peningkatan
nilai itu, perusahaan, atasan, rekan-rekan sekerja, atau bahkan orang
di luar perusahaan akan tahu bahwa kita adalah pribadi yang memiliki
nilai (value). Bahwa kita adalah pribadi yang memiliki
kualitas dan kemampuan. Percayalah! Seiring berjalannya waktu, “kabar
bahagia” itu pasti akan datang. Mereka yang akan datang sendiri
“menjemput” kita. Mereka membutuhkan kita. Karena kita sangat
bernilai di mata mereka. Inilah yang membedakan antara orang yang
memiliki nilai (value) dengan orang yang tidak memiliki nilai
(value).
Mereka
yang sadar akan pentingnya sebuah “nilai” akan berusaha mencari
alasan dan pembenaran diri untuk menyesuaikan goal yang ingin
dicapai dengan kemampuannya. Mereka akan terus meng-upgrade
kemampuannya untuk mencapai target dengan lebih baik dan cepat.
Sedangkan mereka yang tidak peduli dengan “nilai” akan mencari
1001 alasan untuk membenarkan perilaku dan tindakannya – meskipun
tindakan tersebut tidak bisa dikatakan benar!
Saya
jadi teringat dengan ungkapan dari salah satu ilmuwan terkemuka,
Albert Einstein, “Kerja keras bukan untuk sukses, tetapi untuk
sebuah nilai”.
Salam,
@kangwiguk
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih, Anda telah berkunjung ke blog saya. Masukan, saran, dan kritik dari Anda sangat berarti bagi saya.
Silahkan tinggalkan komentar Anda di sini...