Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret 30, 2014

Ratatouille: Kisah Kesuksesan Seekor Tikus @kangwiguk

“ Tidak semua orang bisa menjadi artis hebat. Tapi siapa pun bisa menjadi artis yang hebat.” Kalimat yang luar biasa dari film “Ratatouille” . Semalam film ini diputar kembali di salah satu stasiun televisi swasta – entah untuk yang ke berapa kalinya. Film ini menceritakan tentang perjuangan seekor tikus yang bernama Remy. Awalnya Remy tinggal di atap sebuah rumah kayu milik seorang nenek di Paris, bersama ayahnya, Djengo dan saudaranya Emile, serta puluhan saudara-saudara lainnya. Dalam kesehariannya, sang nenek sangat menyukai acara masak-memasak di televisi yang dibawakan oleh seorang chef terkenal bernama Auguste Gusteau. Remy pun sangat menyukai Gusteau, ia tak pernah ketinggalan mengikuti acaranya tersebut. Dan ini membawa kebiasaan baru baginya, ia sangat menyukai makanan ala manusia – bukan makanan sampah sebagaimana tikus lainnya. Dalam hatinya, ia sangat ingin menjadi seorang chef terkenal sebagaimana Gusteau.

To Do, To Have, To Be...! @kangwiguk

“ Hidup adalah gerak. Tiada kehidupan tanpa gerakan, dan semua yang hidup mesti bergerak.” (dr. Taufiq Pasiak). Dalam perkembangannya, manusia mengalami beberapa fase kehidupan. Mulai sumber gbr: banguninspirasi.com dari bayi, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Dan menurut para pakar, saat memasuki usia kerja manusia mengalami tiga fase kehidupannya, yakni: (1) Fase To Do , (2) To Have, dan (3) To Be . Pada fase To Do , seseorang merasa harus melakukan sesuatu agar ia memperoleh sesuatu sebagaimana yang diharapkan. Ia terfokus pada hal-hal yang harus ia kerjakan. Pada fase ini, seseorang merasa dirinya sangat produktif. Bekerja menjadi semacam kegiatan yang sangat disukainya. Kerja keras, banting tulang, dan seribu satu macam

Kualitas Anda Akan Berbanding Lurus Dengan Kesuksesan Yang Anda Capai @kangwiguk

sumber gbr: jogjaloker.com Sehebat apa pun manusia, terkadang ia tetap membutuhkan pertimbangan orang lain untuk menyelesaikan masalahnya. seperti halnya teman saya ini. menjabat sebagai supervisor marketing , first line manager di perusahaannya, tak lantas membuat ia bisa seenaknya sendiri menggunakan wewenang yang ada untuk mengatasi salah satu anak buahnya yang bermasalah. Untuk itulah ia meminta pertimbangan kepada salah satu anak buahnya. "Kegagalan manusia lebih disebabkan karena dirinya sendiri. Bukan oleh orang lain." Kepada anak buahnya itu ia bercerita: “Sudah hampir satu bulan terakhir ini saya menghadapi masalah seorang diri. Hari ini saya memanggil Anda agar saya bisa berbagi cerita dengan Anda. Syukur-syukur Anda bisa membantu saya memecahkan masalah ini. Tentu, saya akan sangat berterima kasih.

Kerja... Kerja... Kerja...! @kangwiguk

“Sesungguhnya tidak ada negara kaya atau negara miskin. Yang ada adalah sumber gbr: loommy.com negara dengan pengelolaan yang baik atau negara dengan pengelolaan yang buruk.” Demikian doktrin yang disampaikan oleh Dahlan Iskan, Menteri BUMN di hadapan audiens dalam acara debat capres pekan lalu di Makasar. Bagi saya, doktrin yang disampaikan oleh Pak Dahlan Iskan itu sangat luar biasa. Menurut saya, hal itu juga berlaku pada kehidupan pribadi kita. “Sesungguhnya tidak ada manusia gagal di dunia ini. Yang ada adalah manusia yang mau dan mampu mengembangkan dirinya atau manusia yang tidak memiliki kemauan apalagi kemampuan untuk mengembangkan dirinya.” Karena pada dasarnya setiap manusia yang lahir ke dunia ini adalah pribadi yang baik. Mahluk terbaik yang diciptakan Tuhan untuk kemakmuran alam semesta.

Karyawan Yang Mem-PHK Dirinya Sendiri

“Masa depan Anda sangat tergantung pada kualitas diri Anda sendiri.” sumber gbr: mantanburuh.wordpress.com Saya yakin Anda setuju dengan ungkapan ini. Karena pada dasarnya, setiap orang bertanggungjawab menentukan nasib dan masa depannya sendiri. Dalam dunia kerja pun berlaku hal yang sama. Oleh karenanya, ketika perusahaan memutuskan untuk memberhentikan salah satu karyawannya, hakekatnya adalah karyawan itu sendiri yang telah “berhasil” memberhentikan dirinya sendiri. Bagaimana bisa? Analoginya sederhana. Anda selalu berharap yang terbaik dalam hidup dan kehidupan Anda. Memperoleh pekerjaan yang mapan, mendapat gaji dan fasilitas yang memadai, serta berada pada lingkungan yang baik – atasan serta rekan kerja terbaik yang senantiasa ada dan mendukung Anda. Benar demikian? Sama halnya dengan

Buya Hamka: Kera Juga Bekerja @kangwiguk

Buya Hamka , ulama sastra yang terkenal dengan Tafsir Al-Azhar -nya ini pernah berkata dalam salah satu quotation -nya yang amat masyhur, "Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau kerja sekedar kerja, kera juga bekerja." Sepintas, kata-kata ini terdengar makjleb , langsung menusuk tepat ke relung hati kita. Hamka, mensejajarkan manusia yang kurang memaknai kehidupannya dengan binatang. (Maaf) Babi. Dan mensejajarkan pula, para pekerja yang asal-asalan dalam bekerja dengan kera. Memang, membaca quotation ini tidak bisa sepintas lalu. Quotation ini harus dibaca dan dipahami dengan kedalaman dan kejernihan hati. Bukan dengan emosi. Beliau ingin menyampaikan kepada kita