Cerita ini pernah saya
baca sekian tahun yang lalu dalam buku “Hidup untuk Hidup”
(penulis dan penerbitnya saya lupa), dikisahkan dalam buku tersebut,
di sebuah telaga yang jernih airnya hiduplah beragam hewan dan
tumbuhan. Mereka hidup rukun dan damai. Tanah subur dan makmur,
makanan pun berlimpah mencukupi kebutuhan mereka. Sayang, kebahagiaan
dan kedamaian hidup mereka kini harus terusik. Pohon-pohon banyak
yang ditebang. Air telaga menjadi surut, rumput-rumput menjadi
kering, makanan susah didapat. Populasi mereka pun kini sudah semakin
sedikit. Selain karena banyak hewan yang mati kelaparan, beberapa
diantaranya juga memutuskan pergi untuk mencari habitat baru demi
kelangsungan hidup mereka. Tinggallah seekor kodok dan bangau yang
masih tinggal berdua. Mereka sudah bersahabat sejak sekian lama. Si
bangau memberi usul kepada kodok untuk segera pergi meninggalkan
tempat ini. Kodok setuju, tapi yang menjadi persoalannya adalah
bagaimana mereka bisa pergi bersama-sama: kodok tak bisa terbang,
sementara juga tidak mungkin jika bangau harus berjalan kaki
mengikuti sahabatnya, kodok.
Setelah lama berpikir,
akhirnya kodok menemukan sebuah ide yang sangat luar biasa. Ide yang
benar-benar brilian. Begitu ide itu disampaikan kepada bangau, si
bangau pun dibuat takjub dengan kecerdasan dan kreativitas kodok.
Maka diwujudkanlah ide brilian si kodok itu. Pagi itu pula, mereka
sudah bersiap untuk pergi menuju ke tempat baru yang berada jauh di
ujung hutan sana. Bangau menggigit ujung ranting pohon yang telah
dipersiapkan sebelumnya, dan kodok menggigit ujung satunya lagi. Kini
mereka telah terkait antara satu dengan lainnya. Perlahan tapi pasti,
mereka kini sudah berada di angkasa. Setelah sekian waktu berlalu,
mereka terbang melintasi sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak, “Lihat,
ada kodok bisa terbang,” kata salah seorang anak perempuan. Maka
berhamburanlah mereka keluar demi melihat 'keajaiban' itu. Melihat
diperhatikan seperti itu, kodok bangganya luar biasa pada dirinya
sendiri. Dalam hati ia berkata, “Saya rasa, sayalah satu-satunya
kodok di dunia ini yang bisa terbang seperti ini.”
Begitu mereka terbang
melintasi ujung desa, seorang petani yang sedang asyik mencangkul
melihat keanehan ini, dan spontan ia berteriak lantang, “Hai, hebat
benar kalian, siapakah yang punya ide hebat ini …?!” Dan spontan,
kodok pun menjawab tak kalah lantangnya, “Jelas ide saya dong …!”
Dan bersamaan dengan itu, terlepaslah ujung ranting yang sejak tadi
digigitnya. Kini tubuhnya melayang-layang di angkasa dan jatuh tepat
di atas batu besar yang berada di samping sebuah sungai. Tubuhnya
hancur berkeping-berkeping. Dan seketika itu ia mati!
Begitulah, terkadang kita
sering menemui orang-orang yang tahan banting terhadap kritik,
ejekan, bahkan caci maki sekalipun. Namun celakanya, mereka tidak
mampu mengendalikan diri pada saat menerima sanjungan dan pujian.
Maka, berhati-hatilah. Dalam kondisi di atas pun, kita harus
senantiasa waspada dan mawas diri, jangan terlena dengan keberhasilan
yang telah kita capai karena sesungguhnya masih ada tugas dan
keberhasilan-keberhasilan lain yang tengah menunggu kita.
Waspadalah … waspadalah
…!
Salam,
@kangwiguk
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih, Anda telah berkunjung ke blog saya. Masukan, saran, dan kritik dari Anda sangat berarti bagi saya.
Silahkan tinggalkan komentar Anda di sini...