Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret 23, 2014

The Universal Law of Attraction, Hukum Tarik Menarik (2) @kangwiguk

Masih ingat 'kan dengan hukum tarik menarik yang sudah kita bahas pada postingan sebelumnya . Postingan kali ini sebagai lanjutan dari postingan tersebut. Charles Brodie Patterson (1899) menyatakan, "Semua yang terjadi di luar adalah serupa dengan apa yang terjadi di dalam diri manusia; yaitu pikiran dan perasaannya." (Erbe Sentanu, 2007: 55). Hukum Tarik Menarik berlaku sebagaimana hukum gravitasi, Anda tidak pernah ditanya apakah apel itu boleh jatuh atau tidak, begitu ia terlepas dari tangkainya maka kekuatan gaya gravitasi (bumi) akan menariknya ke bawah - meskipun Anda tidak mengharapkannya. Begitu pula dalam kehidupan Anda, hukum ini akan berlangsung secara otomatis. Tanpa pernah memikirkan apakah Anda menyukainya atau tidak?!

The Universal Law of Attraction, Hukum Tarik Menarik @kangwiguk

Elizabeth Towne (1865-1960), seorang penulis berpengaruh di zamannya pernah mengatakan, “Manusia adalah magnet. Dan setiap detail peristiwa yang dialaminya datang atas daya tariknya sendiri.” (Erbe Sentanu, 2007:48). Saya adalah orang yang takut dan jijik pada ulat. Suatu ketika saya berjalan-jalan bersama sahabat menyusuri pinggiran sungai di daerah Pacet, Mojokerto, Jawa Timur. Ketika sedang asyik-asyiknya berjalan dan bersenda gurau, entah dari mana datangnya, tiba-tiba saya mendapati seekor ulat hinggap pada lengan kaos yang saya kenakan. Betapa ketakutannya saya. Dan sialnya, semakin saya merasa ketakutan justru saya semakin sering melihat ulat-ulat itu hinggap di ranting dan dedaunan semak belukar yang ada di sekitar situ. Kontan saya segera berlari meninggalkan tempat tersebut. Sementara sahabat-sahabat lainnya tetap saja enjoy menikmati perjalanannya. Saya tersadar, itulah yang dinamakan hukum tarik menarik ( the universal law of attraction ). Ketika saya diliputi

Menemukan Kebahagiaan Dalam Bekerja @kangwiguk

Bekerja adalah kebutuhan dasar setiap manusia. Selain guna memenuhi kebutuhan hidup, bekerja juga dapat berfungsi sebagai media interaksi dengan orang lain; media ekspresi atas ide-ide besar yang ada di dalam otak kreatif kita; juga sebagai “alat” untuk mendapatkan pengakuan atas status sosial kita. Dan tentunya masih banyak fungsi-fungsi lainnya yang bersifat lebih individual. Rivalino Shaffar dalam bukunya “Ngapain Kerja Kalau Terpaksa?” (2009) menulis bahwa siapa pun Anda – sudah puluhan tahun bekerja, akan, atau baru masuk dunia kerja – selalu akan dihadapkan pada dua situasi pilihan; pekerjaan tersebut menimbulkan perasaan optimis, menyenangkan, dan menggairahkan

Hasrat Yang Tak Bernilai @kangwiguk

Sore tadi, iseng saya dan seorang rekan kerja ngobrol sambil menunggu tiba waktu shalat maghrib. Di tengah-tengah asyiknya kami bergurau, rekan kerja ini membuat sebuah pertanyaan - tepatnya sebuah tebak-tebakan: "Ada sepuluh ekor katak di atas dahan sebuah pohon. Lima ekor diantaranya, memutuskan akan terjun ke sungai yang berada tepat di bawahnya. Pertanyaannya, sisa berapakah katak yang ada di dahan pohon tersebut?" Spontan saya menjawab, "Lima...!" "Salah..!" Sanggah rekan saya seketika. "Katak itu tetap berjumlah sepuluh ekor, 'kan yang lima ekor "akan terjun" ke sungai bukan terjun beneran," jelasnya sambil tersenyum penuh kemenangan.

Menjawab Tantangan @kangwiguk

sumber gbr: bagus-swara.blogspot.com Sebagaimana tertulis dalam lembar-lembar kitab suci bahwa manusia adalah mahluk yang diciptakan dengan sebaik-baik bentuk. Ada berbagai potensi yang melekat pada dirinya. Sehingga dengan bekal potensi itulah manusia selalu berlomba-lomba untuk menjadi pribadi yang lebih unggul, kompetitif, dan ingin selalu menjadi nomor satu. Inilah yang mendasari mengapa manusia menjadi marah ketika ia diremehkan oleh orang lain. Sifat dasar manusia yang selalu ingin menjadi nomor satu inilah yang dipahami oleh Steve Jobs , CEO Apple Inc, saat membujuk John Sculley , presiden Pepsi-Cola, untuk pindah ke California memimpin perusahaannya, Apple Inc. Hermawan Aksan (2009), dalam bukunya “Steve Jobs, Otak Genius Dibalik Kesuksesan Apple” menceritakan, pada Desember 1980, dengan produk IPO yang sukses, Apple Computer mulai go public, dan ini membuat Jobs

Identifikasi Rasa Cinta Anda Terhadap Pekerjaan (Perusahaan) @kangwiguk

" Seseorang yang mencintai profesi atau pekerjaannya, akan senantiasa bersemangat dari waktu ke waktu karena ia merasa mendapat tempat untuk mengembangkan potensinya. Tak bisa dipungkiri lagi, untuk menggapai sebuah kesuksesan dibutuhkan motivasi yang tinggi. Motivasi yang kita miliki harus selalu lebih besar dibanding hambatan-hambatan yang datang. Dan motivasi terbaik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri. Dari dasar hati Anda. Dan itulah yang dinamakan cinta. Dalam bukunya “Ngapain Kerja Kalau Terpaksa?” , Revalino Shaffar (2009) memberikan tipsnya berkaitan dengan cara mengukur kecintaan terhadap profesi kita. Salah satunya dengan menanyakan terhadap diri sendiri, apakah Anda sudah menikmati pekerjaan Anda? Seseorang yang mencintai dunianya akan selalu bergembira dengan dunianya. Dalam situasi apapun, ia tetap menikmati kebersamaan dengan sesuatu yang dicintainya. Seseorang yang mencintai profesi atau pekerjaannya, akan senantiasa bersemangat

Rubahlah Fokus Anda @kangwiguk

Hidup adalah sebuah dinamika. Karena kehidupan akan senantiasa berjalan dan terus akan berjalan. Sunnatullah . Selamanya. Begitu pula dalam dunia kerja. Berbagai persoalan datang, berjuta solusi pun menjelang. Begitu, dan selamanya akan tetap begitu. Inilah yang dinamakan hukum alam. Seperti halnya hari ini. Salah seorang rekan kerja bercerita, bahwa memasuki tahun 2014 industri farmasi berada pada ambang kehancuran. Kondisinya kritis dan sangat mengenaskan. Benarkah demikian?! Saya sendiri kurang begitu paham. Masih menurutnya, beban kerja semakin meningkat, persaingan menjadi sangat ketat, dan sebaliknya, target yang dibebankan perusahaan juga semakin besar. “Jangankan bisa on target , bisa capai 80% saja sudah luar biasa,” katanya.

Bermain-Main dengan Pekerjaan @kangwiguk

Mihaly Csikszentmihalyi dari University of Chicago mengatakan, “Permainan/ bermain bisa memproduksi sesuatu yang disebut flow , sebuah kondisi ketika seseorang merasakan kenikmatan dan kontrol serta tidak memikirkan hal lain kecuali permainan tersebut. Salah satu ciri kondisi ini adalah waktu yang berlalu begitu cepat." (Rivalino Shaffar, 2009: 71). sumber gbr: edukasi.kompasiana.com Masih ingat?! Kapan terakhir kali Anda melakukan sebuah permainan yang sangat mengasyikkan hingga lupa waktu? Kenangan masa kecil saya, ibu sering berteriak-teriak mencari saya yang tak kunjung pulang meski hari sudah beranjak petang. Apa sebab?! Saya terlalu asyik menghabiskan waktu bersama kawan-kawan sebaya dengan bermain petak umpet, betengan , atau mencari bunga tebu untuk dipakai mobil-mobilan yang dirakit sendiri ala kadarnya, khas anak desa sekian tahun yang lalu. Terbukti, baik secara ilmiah maupun berdasarkan pengalaman pribadi, permainan akan mendatangkan kenyamanan dan kes

Einstein: Kerja Keras Bukan Untuk Sukses...@kangwiguk

Sore itu, saya bertemu dengan kawan lama yang sudah hampir tujuh tahun tidak berjumpa. Dulu, kami pernah tinggal satu pondokan di daerah HR Muhammad, Surabaya. Sebut saja ia, Andi. Waktu itu Andi bekerja sebagai tenaga serabutan di salah satu galeri Home Decoration yang sangat ternama di kawasan Surabaya Barat. Sebagaimana lazim dilakukan oleh seorang kawan lama yang tidak berjumpa, sore itu pun kami gayeng ngobrol ngalor ngidul tentang berbagai macam hal; mulai dari kabar keluarga hingga menanyakan kabar tentang kawan-kawan lainnya yang sudah berpencar entah kemana – melanjutkan perjalanan hidupnya masing-masing. Di ujung cerita, Andi berkisah tentang nasib dirinya yang tak kunjung berubah. Selama tujuh tahun kami tidak berjumpa, rupanya ia telah berpindah-pindah “perusahaan” kurang lebih sebanyak sepuluh kali. Bahkan ia juga pernah menjalani profesi sebagai office boy meski tidak seberapa lama. Menurutnya, di mana pun ia bekerja, nasib selalu tidak berpihak kepada diri