Bagi sebagian orang bekerja bukan sekedar sebagai kewajiban untuk mencari uang guna pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Namun lebih dari itu. Dewasa ini sebagian besar orang telah menjadikan bidang pekerjaannya sebagai sarana untuk mendedikasikan hidup dan kehidupannya. Memberi kontribusi positif bagi kehidupan ini. Dengan kata lain, bekerja adalah ibadah. Bekerja merupakan bentuk pengabdian seorang hamba kepada Tuhan, maka sudah sewajarnya jika ia selalu melibatkan Tuhan dalam setiap aktivitasnya. Kesadaran inilah yang disebut orang barat sebagai consciousness, atau kita biasa menyebutnya dengan istilah "ketaqwaan".
Dan Hamer dalam bukunya, "Gen Tuhan", menyatakan bahwa sesungguhnya setiap manusia sudah diwarisi dalam dirinya kecenderungan yang membuat otaknya haus sekaligus siap menerima tuntunan "kekuatan yang lebih tinggi",
yakni kekuatan Tuhan Yang Maha Kuasa. (Erbe Sentanu, 2007).
Dengan pemahaman tersebut, pola berpikir manusia juga mengalami transformasi. Jika sebelumnya manusia cenderung suka menggunakan cara berpikir positif (positive thinking), dewasa ini sudah mengalami pergeseran untuk memasuki era kolaborasi hati (positive feeling). Meminjam istilah Kang Nunu (Erbe Sentanu), penulis buku "Quantum Ikhlas: Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati". Lantas, apa beda antara Postive Thinking dengan Positive Feeling?
"Meski terkadang hal itu tampak mustahil bagi orang lain, namun sejatinya
tidak demikian, karena kekuatan yang ia gunakan untuk melakukan
lompatan-lompatan besar tersebut adalah kekuatan Tuhan, bukan kekuatan
dirinya sendiri."
Positive Thinking adalah konsep berpikir dengan mengandalkan kekuatan dari pikiran diri sendiri. Lebih bersifat individu dan cenderung menggunakan metode goal setting untuk mencapai tujuannya. Sedangkan Positive Feeling merupakan kolaborasi antara kekuatan diri sendiri dengan kekuatan Tuhan sebagai pemilik sumber kekuatan yang Maha Besar. Jika positive thinking menggunakan metode goal setting untuk mencapai tujuannya, maka positive feeling cenderung menggunakan kekuatan doa (goal praying) sebagai metode untuk mencapai keberhasilannya. Mereka sadar bahwa hanya melalui Tuhan-lah segala tujuan itu akan tercapai. Dengan demikian, mereka pun menjadi lebih giat dalam menjalani step by step proses keberhasilannya. Malas? malu sendirilah sama Tuhan... Karena ia merasa bahwa dalam setiap aktivitasnya ia selalu bersama Tuhan. Jadi, jangan heran jika orang-orang yang memiliki pemahaman demikian memiliki lompatan-lompatan besar dalam kehidupannya, meski terkadang hal itu tampak mustahil bagi orang lain, namun sejatinya tidak demikian, karena kekuatan yang ia gunakan untuk melakukan lompatan-lompatan besar tersebut adalah kekuatan Tuhan, bukan kekuatan dirinya sendiri.
Itulah makna dari bekerja dengan mengandalkan kekuatan Tuhan, sebagaimana riwayat yang disampaikan oleh Imam Ja'far dalam Kitab Al Bihar: "Apabila seorang hamba berkata, 'Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah' maka Allah menjawab, 'Hai malaikat-Ku, hamba-Ku telah ikhlas berpasrah diri, maka bantulah dia, tolonglah dia, dan sampaikan (penuhi) hajat keinginannya'."
Wallahu'alam.
Salam,
@kangwiguk
Silahkan tinggalkan komentar...
BalasHapusMasukan atau bahkan kritik dari Anda sangat berarti bagi saya.
Terima kasih..