sumber: ruangdunia.com |
pemuda, kebetulan ia pula yang menjadi ketuanya. Belum jauh mobil beranjak, seekor lalat entah dari mana datangnya, tiba-tiba terbang membenturkan diri pada kaca depan mobil. Rupanya, ia terperangkap di dalam mobil entah mulai kapan. Demi melihat terang cahaya, seekor lalat itu mencoba untuk keluar dari persembunyiannya. Dan anehnya, meski kaca samping sudah terbuka lebar, ia tetap mencoba untuk menembus kaca depan. Barangkali ia mengira bahwa kaca depan tersebut sebagai angkasa raya yang terhampar luas. Gagal, terbang lagi. Gagal, terbang lagi. Begitu seterusnya hingga ia terkapar lemas dan mati.
"
Dan semua orang, saya yakin sadar, bahwa untuk mencapai mimpi-mimpi tersebut dibutuhkan kerja keras, efort kerja tinggi, sikap pantang menyerah, disiplin, dan berbagai sikap-sikap lainnya yang lazim dilakukan.
Lantas, apa korelasi antara cerita di atas dengan kehidupan nyata kita.
Tak bisa dipungkiri, bahwa setiap orang selalu berharap dapat menggapai mimpi-mimpinya. Apapun itu bentuk mimpi dan harapan yang tengah ia kejar saat ini. Dan semua orang, saya yakin sadar, bahwa untuk mencapai mimpi-mimpi tersebut dibutuhkan kerja keras, efort kerja tinggi, sikap pantang menyerah, disiplin, dan berbagai sikap-sikap lainnya yang lazim dilakukan oleh orang-orang yang telah menggapai kesuksesannya terlebih dahulu. Sayangnya, masih begitu banyak orang yang menyerah di tengah jalan sebelum ia benar-benar berhasil menggapai mimpi dan harapannya itu. Dan demi mencari pembenaran atas usaha yang telah dilakukannya, ia berkata, "Saya sudah berusaha keras"; "Saya sudah berjuang maksimal"; dan ucapan-ucapan sejenis lainnya sebagai dalih atas kegagalan yang ia alami. Persis sebagaimana lalat dalam cerita di atas, ia telah berjuang dan berjuang hingga terkapar dan mati. Tentu bukan demikian yang kita harapkan 'kan?!
Kalau kita berani jujur! Sesungguhnya kita sering bertindak bodoh, atau bahkan lebih bodoh dari seekor lalat. Terkadang dari awal kita sudah paham, bahwa aktivitas yang kita lakukan sebenarnya kurang menghasilkan, tidak efektif dan kurang efisien, namun tetap saja dilakukan demi "kelihatan" sibuk di mata si bos. Agar terlihat sedang bekerja, atau alasan-alasan sejenis lainnya. Lho, apakah kita (masih) tidak sadar bahwa perilaku demikian itu sama halnya dengan membohongi diri sendiri? Bukankah keberhasilan yang kita capai adalah untuk diri kita sendiri? Bukankah prestasi yang mampu kita torehkan akan berdampak positif bagi masa depan kita sendiri? Lalu apa lagi?
Ayo! Berani jujur itu hebat lho... (Seperti semboyan KPK)
Salam,
@kangwiguk
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih, Anda telah berkunjung ke blog saya. Masukan, saran, dan kritik dari Anda sangat berarti bagi saya.
Silahkan tinggalkan komentar Anda di sini...