sumber gbr: jogjaloker.com |
Sehebat apa pun manusia, terkadang ia tetap membutuhkan pertimbangan orang lain untuk menyelesaikan masalahnya. seperti halnya teman saya ini. menjabat sebagai supervisor marketing, first line
manager di perusahaannya, tak lantas membuat ia bisa seenaknya
sendiri menggunakan wewenang yang ada untuk mengatasi salah satu anak
buahnya yang bermasalah. Untuk itulah ia meminta pertimbangan kepada
salah satu anak buahnya.
"Kegagalan manusia lebih disebabkan karena dirinya sendiri. Bukan oleh
orang lain."
Kepada anak buahnya itu ia bercerita:
“Sudah hampir satu bulan terakhir ini saya menghadapi masalah
seorang diri. Hari ini saya memanggil Anda agar saya bisa berbagi
cerita dengan Anda. Syukur-syukur Anda bisa membantu saya memecahkan
masalah ini. Tentu, saya akan sangat berterima kasih.
“Tiga bulan berjalan tim ini belum menunjukkan hasil yang
signifikan. Target masih jauh dari harapan. Alih-alih bisa achievment
100%, capai 80% saja belum pernah. Saya sudah mengidentifikasi
beberapa kendala yang ada, dan sebagian kendala itu saya yakin bisa
teratasi dengan baik. Namun masih ada lagi kendala yang hingga hari
ini saya belum menemukan solusi atau pun jalan keluarnya. Sekiranya
Anda bisa membantu menemukan solusi tersebut.”
Si karyawan mendengarkannya dengan seksama sambil sesekali ia
menganggukkan kepala.
“Sebagai atasan saya bertugas dan bertanggungjawab atas kinerja
anak buah. Saya bertanggungjawab atas setiap proses yang dijalankan
oleh tim serta memastikan bahwa tim bisa mencapai objektif yang telah
ditetapkan sebelumnya. Untuk itulah komitmen dan kompetensi dari anak
buah menjadi faktor penting agar tim bisa mencapai target yang telah
ditetapkan itu. Bagaimana menurut pendapat Anda?” tanya teman saya
itu.
“Benar sekali, Pak!” jawab si karyawan itu dengan mantap. “Ibarat
sebuah mesin, semua komponen harus dapat berjalan sebagaimana
mestinya, karena kalau tidak maka mesin tersebut akan macet atau
tetap berjalan tapi tidak bisa memproduksi hasil secara sempurna.”
“Good!” Jawab teman saya itu. “Saya sangat menyukai
pendapat Anda. Tim memang ibarat sebuah mesin. Dan sebuah mesin akan
berjalan dengan baik jika semua komponen yang ada berfungsi dengan
baik pula. Pertanyaan saya, apa yang sebaiknya dilakukan jika
ternyata pada mesin yang kita miliki itu ada komponen yang rusak atau
sudah tidak berfungsi dengan baik lagi?”
“Harus diperbaiki, Pak,” jawabnya. “Atau kalau perlu harus
diganti lagi dengan komponen yang baru.”
“Tepat! Saya suka dengan cara berpikir Anda. Namun, jika harus
memperbaiki komponen yang rusak itu rasanya kok membutuhkan waktu
yang lama ya?! Belum lagi jika hasilnya ternyata tidak berjalan
dengan sempurna. Apa tidak sebaiknya menggantinya dengan komponen
yang baru saja? Bagaimana menurut Anda?”
“Itu lebih baik, Pak.”
“Iya, ya, ya... Untuk efisiensi, saya rasa memang kita harus
mengganti komponen yang rusak itu dengan yang baru,” kata teman
saya itu.
“Seperti yang Anda katakan tadi,” sambung teman saya itu, “bahwa
tim ibarat sebuah mesin, dan tentunya tim yang baik adalah tim yang
ditopang oleh individu-individu yang baik di dalamnya. Benar
demikian?”
“Iya, Pak.”
“Berapa kali, Anda terlambat datang ke kantor?”
Karyawan itu terdiam dan hanya menundukkan kepala, tanpa ada suara
yang keluar.
“Berapa kali Anda tidak mengikuti meeting tim?”
Karyawan itu tetap tak bersuara. Kembali ia menundukkan kepala.
“Berapa kali Anda terlambat menyampaikan laporan kerja?”
Tetap tak ada suara.
“Saya rasa, Anda sudah sangat pintar untuk melakukan apa yang
sebaiknya Anda lakukan hari ini? Saya hanya ingin memastikan bahwa
tim ini berjalan dengan baik tanpa ada 'komponen rusak' di dalamnya.
Mengerti Anda dengan maksud saya?!”
“Iya, Pak.” kali ini suara itu terdengar sangat lirih. “Saya
minta maaf, saya akui saya salah, dan saya akan mengundur diri dari
perusahaan saat ini juga...”
_____
Fragmen di atas adalah kejadian nyata yang benar-benar terjadi.
Kegagalan manusia lebih disebabkan karena dirinya sendiri. Bukan oleh
orang lain. Tidak menutup kemungkinan kejadian sebagaimana fragmen di
atas terjadi pada lingkunga kerja kita sendiri. So, sebelum semua itu
terjadi, mari kita bentengi diri kita dan tim kita dengan selalu
berpikir terbaik, bertindak terbaik, untuk mencapai hasil yang
terbaik. Dan tentu saja itu semua hanya bisa dicapai oleh
individu-individu yang berkualitas. Oleh karenanya, peningkatan
kualitas setiap individu dari waktu ke waktu adalah harga mati untuk
membayar kesuksesan kita. Setuju?!
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih, Anda telah berkunjung ke blog saya. Masukan, saran, dan kritik dari Anda sangat berarti bagi saya.
Silahkan tinggalkan komentar Anda di sini...