Iseng, saya buka kembali
majalah lama yang banyak numpuk di rak buku rumah saya. Pada majalah
Kartini Edisi 2276, 5 s/d 19 Agustus 2010, terdapat sebuah artikel
yang menarik perhatian saya. “Eni Kusuma, Dari TKW Menjadi
Penulis Best Seller,” demikian judul artikel tersebut.
Mengapa artikel ini
menarik bagi saya? Setidaknya, saya punya dua alasan yang mendasari
ketertarikan saya. Pertama, sebagai orang yang tengah berjuang
untuk menjadi penulis buku (best seller), tentu artikel ini
sangat berarti guna menambah energi semangat saya dalam berjuang
untuk mewujudkan harapan itu.
“Hambatan
sebesar apa pun bisa ditaklukkan, asal kita sadar akan keluarbiasaan
potensi diri kita dalam mewujudkannya.”
Kedua, saya kagum
pada kegigihan dan keberaniannya dalam mendobrak “batas
keterbatasannya”, dimana bagi sebagian orang keterbatasan itu malah
dijadikan alasan kuat untuk meratapi kegagalannya. Menurut
pengakuannya, ia terlahir dari keluarga yang tak harmonis. Ayahnya
kerap berselisih dan bertengkar dengan ibunya. Celakanya, 'aktivitas
negatif' itu kerap dilakukan di hadapan anak-anaknya. Tak ayal, hal
itu berdampak negatif pada perkembangan psikologis anak-anaknya. Eni
misalnya, ia tumbuh menjadi anak yang gagap bicara, minder, tertutup,
sekaligus cuek. Dan hal ini menjadikan ia merasa tersisih dari
pergaulan. Namun justru karena itulah ia menjadi suka menyendiri di
perpustakaan untuk membaca buku, atau “menikmati” kesehariannya
sepulang sekolah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) dekat
rumahnya. Ia banyak menemukan buku-buku, koran-koran bekas, selebaran
yang sudah sobek-sobek yang menarik untuk dibacanya.
Selanjutnya, karena
keterbatasan ekonomi, selepas SMA pada tahun 1995, Eni berharap bisa
segera mendapat pekerjaan agar mampu membantu ekonomi keluarga.
Sayang, semua usahanya itu nihil, hingga ia menemukan lowongan kerja
pada sebuah PJTKI yang tengah membutuhkan banyak pembantu rumah
tangga yang akan dikirim ke luar negeri pada selembar koran bekas
nasi bungkus.
“Waktu itu habis makan
siang dengan nasi bungkus, eh bungkusan nasinya koran bekas ada
lowongan kerja. Sebuah PJTKI membutuhkan banyak pembantu rumah tangga
yang akan dikirim ke luar negeri. Tanpa pikir panjang aku menelepon
PJTKI itu dan esoknya aku diminta datang,” kenangnya.
Singkat cerita, Eni
akhirnya berangkat ke Hongkong dan dipekerjakan di rumah pasangan
suami istri Poon Ceuk Yin Herme – Chan Kwok Hung. Dua tahun pertama
bekerja, cerita Eni, ia belum boleh keluar rumah kecuali kalau mereka
mengajaknya jalan-jalan. Baru menginjak tahun ketiga ia mendapat
jatah waktu libur dua kali dalam sebulan. Mulai pukul 9 pagi sampai 5
sore di hari Minggu. Pada saat libur inilah Eni memanfaatkan waktunya
untuk belajar mengakses internet yang banyak tersedia secara gratis
di perpustakaan dan mal-mal di Hongkong. Dari sinilah ia belajar dan
mengikuti sebuah milis kepenulisan, Cafe de Costa. Lambat laun ia
mulai memberanikan diri mengirim tulisan ke milis tersebut. Satu,
dua, dan terus menerus, tak peduli bagus atau tidak. Sayangnya, tak
satupun tulisannya ada yang mengomentari. Tak mau patah semangat
sampai di sini, Eni merubah strateginya. Kini, ia yang berinisiatif
terlebih dulu untuk mengomentari tulisan orang lain. Berhasil.
Komentarnya banyak mendapat respon dan pujian. Ini yang membuat ia
menjadi semakin bersemangat untuk mengirim tulisan ke milis, baik
puisi, cerpen, maupun artikel, termasuk artikel yang bertema
motivasi. Tak disangka, tulisan motivasinya itu dikumpulkan oleh
pengasuh milis. Dan setelah puluhan jumlahnya, pengasuh milis
menyarankan untuk membukukannya. Maka jadilah buku “Anda Luar
Biasa …!!!” Dan hebatnya, buku perdananya itu best
seller, dikomentari sekitar 27 penulis, motivator, tokoh dan
aktivis ternama seperti Andrie Wongso. Andreas Harefa dan masih
banyak lagi.
Menurutnya, “Hambatan
sebesar apa pun bisa ditaklukkan, asal kita sadar akan keluarbiasaan
potensi diri kita dalam mewujudkannya.”
Nah lho …! Sekali lagi
terbukti 'kan, tak peduli siapa pun kita, apa pun latar belakang
kita, kesuksesan tetap menjadi hak mutlak kita. Takdir kesuksesan
menjadi milik setiap manusia, tanpa terkecuali! Namun perlu
dimengerti, bahwa kesuksesan hanya sudi mendekat pada orang-orang
yang telah terbukti kuat dan tangguh. Kesuksesan hanya mau bersama
dengan mereka yang telah mampu melewati segala halangan dan rintangan
yang ada. Mereka yang tak pernah terkalahkan oleh keadaan yang ada.
Lainnya, TIDAK …!
Salam,
@kangwiguk
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih, Anda telah berkunjung ke blog saya. Masukan, saran, dan kritik dari Anda sangat berarti bagi saya.
Silahkan tinggalkan komentar Anda di sini...